Those we love never truly leave us. There are things that death cannot touch. – Jack Thorne
Ibu saya kehilangan cahayanya sesaat setelah memulai kehidupan pernikahannya. Saat anak pertama baru saja lahir. Saat-saat dimana Ibu membuktikan pada almarhumah Nenek bahwa beliau sudah benar-benar memaafkan Kakek.
Ibu punya 7 orang adik, dan yang terkecil saat itu masih SD. Suatu hari Nenek baru mengeluhkan rasa sakit yang dialaminya. Setelah melalui perdebatan yang panjang, Nenek mau dibawa ke Rumah Sakit dan disitulah keluarga besar baru mengetahui bahwa Nenek mengidap kanker payudara yang sudah mencapai stadium akhir.
Hidupnya dihabiskan di rumah, baktinya untuk suami dan juga keluarga membuat Ibu saya tak percaya bahwa Nenek diberi sakit yang begitu berat.
Tak lama setelah itu, Nenek meninggal. Menyisakan lubang yang menganga di dalam hati setiap anak-anaknya. Ibu yang dikasihi, yang dicintai, Ibu yang tak pernah marah, selalu mengalah dan seluruh kasih sayang yang diberikannya untuk keluarga membuat keluarga kami saat itu begitu berduka.
Nasihat-nasihat Nenek pada Ibu agar selalu menjaga kesehatan akhirnya menurun juga pada saya. Makanan bergizi hingga jamu tradisional hampir selalu ada di meja makan kami.
Risiko Kami Lebih Besar Dibanding Orang Lain
Ibu begitu takut jika beliau, saya atau adik perempuan saya akan mengidap penyakit yang sama dengan Eyang kami. Ibu begitu mengingat nasihat dokter agar selalu berhati-hati dengan pemicu kanker. Karena risiko kami, keturunan dengan kecenderungan genetik yang sama, berisiko lebih besar dibanding yang lainnya.
Ketakutan kami tentu saja ada dasarnya. Berdasarkan penelitian di Inggris yang pernah kami baca bahwa pada 2–3 kasus dalam setiap 100 jenis kanker yang didiagnosis (2–3%) berkaitan dengan faktor genetik. Dalam suatu keluarga dengan gen kanker, terdapat pola/tipe kanker yang spesifik. Semakin banyak anggota keluarga kita yang menderita jenis kanker yang sama/berhubungan maka risikonya semakin tinggi.
Jenis-jenis kanker tertentu dapat saling berhubungan. Misalnya, kanker payudara dan kanker ovarium dapat sama-sama menurun di keluarga. Atau kanker kolon dan kanker endometrium dapat menurun bersamaan di keluarga. Kondisi ini disebut dengan family cancer syndrome.
Setiap sel tubuh mengandung inti, yang disebut dengan nukleus, di dalamnya. Sementara itu, di dalam nukleus terdiri atas 23 pasang kromosom yang mencakup gen. Gen akan memberikan kode ke sel apa yang harus dilakukan. Kebanyakan kanker terjadi karena adanya “kesalahan gen” dalam proses pembelahan sel. Sehingga kerja sel menjadi tidak normal, membelah, dan tumbuh tidak terkontrol. Gen yang “salah” ini dapat diturunkan dari orang tua kepada anak.
Meskipun gen yang salah itu belum tentu secara langsung diturunkan, namun risiko terkena kanker tetap akan lebih tinggi. Oleh karena itulah Ibu saya betul-betul memperhatikan kesehatan kami, anak-anaknya. Meskipun kanker payudara yang dialami Nenek juga belum tentu akan menurunkan jenis kanker yang sama pada keturunannya, kami tetap perlu berhati-hati dan waspada.
Apakah “Gen yang Salah” itu Diwariskan pada Saya?
Pada 2016 lalu saya pun sempat harus melakukan tindakan operasi besar karena ada tumor yang berkembang di dalam endometrium. Tumor yang awalnya jinak memang, namun seiring berjalannya waktu selama satu tahun saya berharap tumor itu akan hilang terbawa bersama lahirnya anak pertama saya. Namun ternyata itu semua tidak terwujud.
Satu tahun berlalu, tumor ternyata terus berkembang lebih cepat dan membuat saya harus mengalami transfusi darah lima kali dalam satu tahun karena perdarahan yang terus menerus ketika waktu menstruasi tiba. Langkah terakhir saat itu adalah melakukan histeroktomi atau pengangkatan rahim.
Saya pikir apakah gen yang salah itu akhirnya ada di dalam tubuh saya?
Inilah yang menjadi dasar mengapa saya begitu ingin menuliskan artikel ini. Pesan pada teman-teman semua untuk menyadari kanker sejak dini. Menyadarinya sebagai bentuk antisipasi atau pencegahan agar tidak mengalami hal yang sama seperti Nenek kami.
Ibu dan juga dokter selalu mengingatkan pada kami untuk terus melakukan SADARI kanker payudara. Karena itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan kita dari penyakit tersebut.
SADARI Kanker Payudara
Mengacu pada studi Global Burden of Cancer Study pada tahun 2018 dan 2020, angka kasus baru dan kematian akibat kanker di Indonesia meningkat sekitar 8,8% hanya dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Menempatkan Indonesia menjadi negara ke-8 dengan penderita kanker terbanyak di dunia. Kasus kanker payudara masih menjadi kasus dengan pertumbuhan kasus tertinggi hingga 69 ribu kasus pada tahun 2020 dan menempati posisi nomor satu dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan fakta tersebut, seharusnya kita lebih waspada dan meningkatkan kesadaran terhadap kanker. Anjuran untuk SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dari paramedis dan juga Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan bertujuan agar wanita mampu mendeteksi adanya perubahan pada payudaranya dan sesegera mungkin memeriksakan diri ke dokter.
Jadi pemeriksaan SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan dengan meraba dan melihat payudara sendiri guna melihat kemungkinan adanya perubahan fisik pada payudara. Proses ini dilakukan agar semua perubahan yang mengarah pada kondisi yang lebih serius dapat segera terdeteksi sejak dini.
Berikut gambar pemeriksaan payudara sendiri yang bisa teman-teman praktikkan sendiri :
Apa Itu Kanker Payudara?
Kanker payudara adalah penyakit dimana sel-sel ganas (kanker) yang terdeteksi dalam jaringan payudara. Sel-sel ini biasanya timbul dari duktus atau lobulus di payudara. Sel kanker ini kemudian bisa menyebar ke dalam jaringan atau organ dan ke bagian tubuh lainnya.
Kanker Payudara juga sebagai penyebab utama kematian kedua pada wanita saat ini. Kejadian tertinggi terjadi pada kelompok usia 55 – 59 tahun. Nenek saya adalah kasus dari kanker payudara di usia di bawah 50 tahun.
Saya juga baru menyadari setelah mempelajari bahwa risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Kabar baiknya adalah bahwa banyak wanita yang berhasil mengatasi penyakit ini sebagai hasil dari deteksi dini dan peningkatan dalam pengobatan. Jika saya boleh berandai-andai, mungkin nenek saya akan bisa diselamatkan kalau deteksi dini dilakukan saat itu. Namun nampaknya Tuhan lebih menyayangi nenek saya, maka inilah skenario terbaiknya.
Apa sih Sebenarnya Penyebab Kanker Payudara?
Ada begitu banyak dokter yang pernah saya tanya, baik saat perawatan ketika saya sakit maupun ketika berkonsultasi. Tidak satupun yang menjawab secara pasti sebab dari kanker itu sendiri.
Karena memang benar faktor pemicu kanker ini tidak diketahui. Hal ini dapat dikaitkan dengan riwayat keluarga kanker payudara, menstruasi dini atau kemungkinan faktor risiko lainnya. Karena sulit untuk memastikan lalu jika salah satu dari kita bisa beresiko, terutama saat kita berusia 40 ke atas, maka penting untuk melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan payudara secara teratur.
Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Masih dari sumber yang sama, laman Adi Husada Cancer Center disebutkan bahwa tanda peringatan kanker payudara adalah sebagai berikut :
- Benjolan tanpa rasa sakit di payudara
- Gatal-gatal terus menerus di sekitar puting
- Pendarahan atau lendir yang tidak biasa dari puting
- Kulit di atas payudara membengkak dan menebal
- Puting masuk atau tertarik kembali
Jika teman-teman merasakan salah satu dari tanda peringatan tersebut, ada baiknya kita mematuhi dan melaksanakan pedoman cek payudara yang dianjurkan :
- 39 Tahun ke bawah :
Pemeriksaan payudara secara bulanan - 40 sampai 49 tahun :
Pemeriksaan payudara secara bulanan. Skrining tahunan mamografi 1 kali dalam 1-2 tahun - 50 tahun keatas :
Pemeriksaan payudara secara bulanan. Satu kali mamografi skrining per tahun
Bagaimana Kanker Payudara Dinilai?
- TAHAP 0 – Luas Penyebaran Kanker Tidak Invasif – Tingkat Kelangsungan Hidup 5 Tahun Rata-rata (%) : 99%
- TAHAP 1 – Luas Penyebaran Kanker Invasif Kecil (kurang dari 2cm tanpa menyebar ke kelenjar getah bening aksila) – Tingkat Kelangsungan Hidup 5 Tahun Rata-rata (%) : 90%
- TAHAP 2 – Luas Penyebaran Kanker Kanker Invasif (antara 2-5cm atau / dengan invasi kelenjar getah bening) – Tingkat Kelangsungan Hidup 5 Tahun Rata-rata (%) : 70%
- TAHAP 3 – Luas Penyebaran Kanker Invasif Besar (lebih dari 5cm dengan invasi kulit atau menyebar ke beberapa kelenjar getah bening) – Tingkat Kelangsungan Hidup 5 Tahun Rata-rata (%) : 40%
- TAHAP 4 – Luas Penyebaran Kanker Metastatik Atau Menyebar – Tingkat Kelangsungan Hidup 5 Tahun Rata-rata (%) : 20%
SADARI Kanker Sejak Dini, Optimis Agar Hidup Lebih Manis
Harapan adalah kata hati yang mengatakan “tidak mustahil” ketika seluruh dunia mengatakan “mustahil” – AHCC
Dulu saat Nenek divonis menderita kanker payudara stadium akhir, kebanyakan dari tetangga juga saudara mungkin berbisik di belakang kami bahwa mustahil Nenek akan sembuh. Meskipun saya sadar, di tahun 80-an dimana Nenek saya berjuang melawan sakitnya itu mungkin belum ada teknologi yang secanggih sekarang.
Sehingga saya selalu berkata pada Ibu saya,
“Ibuk ngga salah. Ngga ada yang salah saat itu, jadi jangan terus merasa bersalah dan membiarkan jiwa Ibu selalu dihantui dengan perasaan itu.”
Ya, Ibu saya selalu merasa bersalah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Ibunya dengan baik. Tidak menyadari sakit yang dialami Nenek sejak awal. Ibu begitu terpukul hingga saat ini kalau saya atau anak-anaknya yang lain menanyakan perihal Nenek, Ibu selalu tidak kuasa menahan air matanya.
Ya, memang akan selalu ada harapan untuk sembuh. Selalu ada harapan yang dibisikkan pada saya ketika mengetahui ada tumor di dalam perut. Lihat bagaimana saya hidup sekarang? Tidakkah cukup untuk menyalakan harapan itu?
Video di bawah ini membuat saya meneteskan air mata, sekaligus membawa inspirasi pada tulisan ini :
Melihat ada beberapa pusat kanker yang ada di dekat kota tempat saya tinggal, tentu hal ini menjadi hal yang melegakan bagi kami, keluarga yang pernah mendampingi penyintas kanker yang telah tiada. Kata ayah saya, penyakit akan selalu ada obatnya. Maka tidak sepatutnya kita menyerah bukan?
Lewat kampanye SADARI Kanker Payudara saya punya banyak harapan bahwa angka-angka yang membawa Indonesia menjadi negara dengan kasus kematian tertinggi akibat kanker payudara akan menurun. Karena semakin awal kanker itu ditemukan, akan semakin banyak pula peluang untuk mereka para penyintas menjadi sembuh sepenuhnya.
Saya juga percaya bahwa dukungan adalah salah satu bentuk pengobatan yang tidak bisa kita temukan di apotek manapun, tapi menjadi satu faktor besar yang akan memberi stimulus positif dan membantu meningkatkan efektifitas pengobatan yang kita lakukan jika kanker itu menyapa tubuh kita. Selain SADARI kanker payudara, kita pun harus menjadi pendukung bagi siapa saja yang menjadi pejuang di barisan ini.
Jadi, yuk lakukan SADARI kanker payudara setiap bulan dan jangan biarkan mereka merusak harapan dan membunuh kebahagiaan kita.
Hope is the companion of power; and mother of success; for who so hopes strongly has within him the gift of miracles. – Samuel Smiles
Semoga artikel ini bermanfaat ya!
Referensi :
https://ahcc.co.id/cancer/kanker-payudara
https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf
https://www.ngopibareng.id/read/4-jenis-kanker-payudara-yang-harus-diketahui-1499196
BKKBN Official
#octobreast #breastcancerawareness #empowerHER.
Makasih mba ji informasinya,
Meski aku belum tahu ada riwayat atau enggak tapi aku tetap melakukan SADARI secara berkala.
memang penting banget pengetahuan ini untuk perempuan (dan sebenernya lelaki juga bisa kena). Karena semakin cepat disadari semakin besar peluangnya sembuh atau paling ngga harapan hidup makin besar
Masya Allah mbak Ji, sehat sehat ya buat mbak Ji dan keluarga.
Sebagai perempuan harus selalu waspada dan SADARI ya, walau memang nggak ada riwayat, tapi tetep harus rutin cek payudara sendiri.
Penting nih mba. Semoga kita semua sehat2 selalu ya. Di jauhkan dari penyakit2 berat seperti ini. Yang gak kalah penting memang memeriksakan keadaan kita. Apalagi di saat punya keluhan.
Subhanallah ternyata tahun 2016 ya kejadiannya Mbak Ji. Semoga sehat selalu. Soal SADARI aku pernah sekali cek ke klinik yang bisa pakai BPJS, alhamdulillah aman. Cuma baru tahu harusnya 3 thaun sekali dan SADARI sebulan sekali ya. Makasih infonya Mbak.
Ya ampun, pasti sedih banget ya jadi anak yang seolah tak berdaya waktu Ibunya sakit. Tetap semangat omanya Isya. Sekarang yang jadi PR adalah kita kudu makin aware soal kanker payudara ini. Mau tua-muda, laki-laki atau perempuan semua berpotensi, semoga dijauhkan ya!
Ikutan sedih dari cerita di atas, aplg based on pengalaman pribadi kk 🙁
Tp hikmahnya, kk jd bisa ngingetin pembaca utk memperhatikan kesehatan payudara masing2 ya. Aku yg tdnya gak terlalu aware, skrg hrs mulai jaga2 nih. Makasih kak sharingnya.
Subhanalloh mbak Ji sehat2 ya..
Aku ada suadara juga, istri paman meninggal karena kanker payudara ini.
Betul faktor genentik y ternyata kanker ini. Terima kasih edukasinya mbak aku jadi jauhebih waspada juga sebab punya dua anak perempuan nih
Harus di edukasi sejak dini juga
Subhanalloh mbak Jihan sehat2 ya..
Aku ada suadara juga, istri paman meninggal karena kanker payudara ini.sudah diupayakan kemana2 juga tapi namanya orang desa(maap) kurang akan edukasi terkait hal ini
Betul faktor genentik y ternyata kanker ini. Terima kasih edukasinya mbak aku jadi jauhebih waspada juga sebab punya dua anak perempuan nih
Harus di edukasi sejak dini juga
Aku ada suadara juga, istri paman meninggal karena kanker payudara ini.sudah diupayakan kemana2 juga tapi namanya orang desa(maap) kurang akan edukasi terkait hal ini
Betul faktor genentik y ternyata kanker ini. Terima kasih edukasinya mbak aku jadi jauhebih waspada juga sebab punya dua anak perempuan nih
Harus di edukasi sejak dini juga
Btw sehat2 juga mbak jihan sekeluarga
MasyaAllah, jangan sampai terlambat ya kita mengetahui jika ada penyakit dalam diri. khususnya kanker payudara ini. memnag sadari penting sih dan wajib dilakukan berkala. makasih mb informasinya. sangat bermanfaat!