Tidak akan pernah ada masa depan bagiku dan kekasihku jika aku kembali padanya. Kalau kami terus bersama, pelan-pelan aku akan berubah menjadi Rudi dan dia akan berubah menjadi Diana. Aku harus bertahan. Hidup yang macam tahi anjing begini pun, terlalu indah buat dilewatkan. Bukankah begitu? Aku terus mengingat kata-kata itu dan merapalnya seperti mantra. (Mereka Yang Tidak Berbahagia, halaman 115)

Novel yang semula adalah rubrik Berbalas Fiksi dalam kolom website Mojok ini awalnya hanya sepuluh cerita saja. Namun kemudian berhasil dikembangkan hingga “beranak” dan lahirlah novel berjudul Mereka Yang Tidak Berbahagia. Novel yang diambil dari berbagai sudut pandang tokoh ini berhasil mengambil sudut pandang dari banyak sisi lalu berhasil diracik menjadi cerita yang hangat, meskipun jalan ceritanya tidak menyenangkan.

Kukatakan tidak menyenangkan karena banyak kepahitan yang dialami tokoh-tokoh di dalamnya. Namun, bukankah hal itu tidak bisa kita hindari dan pasti terjadi?

Novel ini mengisahkan pertemuan antara Tom dan Kal yang sama-sama punya masa lalu buruk. Nah, tidak ada yang lebih buruk kan ketimbang masa lalu? Oleh karena itu saya mengatakan ceritanya tidak menyenangkan. Namun berhasil terobati dengan ending yang tiba-tiba membuat hati saya hangat. Keduanya menyadari bahwa mereka adalah orang-orang yang tak berbahagia. Namun tentu saja, tak ada namanya bahagia. Mereka tahu akan hal itu. Suatu kali Kal sempat ingin bunuh diri, namun Tom menolongnya.

Kedatangan Tom ini mengubah sedikit hidupnya. Yah, cerita romance yang pasti banyak terjadi di novel mana pun. Namun Tom dan Kal berbeda. Tokoh Tom dan Kal bukan tokoh yang di-setting untuk menjadi bucin alias budak cinta yang menye-menye. Mereka realistis dan saya bisa merasakan kedewasaan penulisnya di sini. Bahkan saya pun belajar menjadi dewasa dari Tom dan Kal. Mereka tidak hanya mengedepankan cinta yang mungkin saja akan berakhir tiga, empat atau lima tahun lagi. Mereka mencoba berpikir bahwa kebahagiaan itu nihil alias tidak ada. Maka berharap mereka akan bahagia selamanya itu seperti berharap ada Pangeran berkuda putih menghampiri Kal lalu melamarnya, membawanya ke istana. Happily ever after. Kecil kemungkinannya, bahkan 0% alias tidak ada.

Enam belas bab yang disajikan dalam novel ini begitu hangat. Hangat sekaligus pahit, sepahit kopi yang disajikan saat sore hari. Meskipun ada sedikit rasa manis di dalamnya. Karya yang ditulis berdua pastinya lebih sulit dibandingkan karya yang ditulis oleh satu kepala saja. Mereka Yang Tak Berbahagia namun seolah menyatukan dua isi kepala mereka. Mengingatkan kita lagi akan makna sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang rasional dan entah akan berakhir begitu saja seperti sebelumnya, ataukah akan berlangsung selamanya.

Hanya Kal dan Tom yang bisa menjawabnya melalui buku ini.

Mereka Yang Tak Berbahagia

Penulis : Robby Julianda dan Ruhaeni Intan

Penerbit Mojok, Jogjakarta. Cetakan Pertama, November 2019.