Saat mendapat tawaran dari Mbak Widya, Bu Ketua Ibu-Ibu Doyan Nulis pada mitra Jenama IIDN untuk ikutan acara webinar Self Love kemarin, saya langsung tertarik. Temanya pas banget dengan apa yang saya dan sahabat-sahabat saya alami.

Beli terbul (terang bulan) ahh, udah kelar ini artikel 500 kata

Beli kopi aahh, kan udah kelarin satu artikel nih hari ini

Eh, ke kebun raya yuk! Mumpung PPKM biasanya sepi. Self reward lah, kan kemarin sudah kerja keras.

Kalimat di atas adalah yang sering saya lakukan, namun akhir-akhir ini juga sering saya urungkan kembali. Jadi hanya sebatas niat tidak sampai “terjadi”. Ajakan untuk liburan juga selalu riwa-riwi di aplikasi pesan yang di sana grup berisi sahabat-sahabat saya dengan kegemarannya masing-masing. Semua suka menulis, suka makan, suka jajan, tapi hanya saya yang tidak suka traveling.

Setiap kali ajakan dari sahabat saya untuk keluar makan enak atau jalan-jalan misalnya, akhir-akhir ini saya selalu bilang : duh dikit-dikit self reward. Kapan dong terus tabungannya penuh kalau hedon terus? Mereka pun hanya tertawa. Karena tahu saya anaknya mager abisss! Alasan untuk self reward bukan hal yang menarik dan mempan di kepala saya. Pada akhirnya ya mereka sendiri yang berangkat.

alasan self loveBagaimana dengan saya? Ya kerja keras bagai kuda dong! Hehe.. 

Tapi mengikuti webinar kemarin, ternyata batasan saya terhadap self reward sebagai bentuk self love itu salah. Kok bisa? Nah yuk saya tuliskan resume soal Self Love yang disampaikan dengan sangat apik oleh ahlinya.

Apa dan Mengapa Self Love?

Tidak hanya di Indonesia, tuntutan sosial seperti “kamu harus cantik, ganteng, putih, kaya, terhormat, punya pekerjaan yang terpandang, lulusan luar negeri, cepet nikah, punya anak,” dan seterusnya sudah menjadi semacam “budaya” yang mengakar di negara mana pun. Meskipun banyak juga yang memilih untuk tidak peduli dengan semua itu, asal bahagia.

Ada juga ketika kita sibuk memenuhi harapan orang lain, mati-matian bekerja atau tampil sempurna demi orang lain, bahkan sering merasa bersalah ketika kita gagal memenuhi permintaan orang lain. Sehingga kita pun lupa mengurus diri sendiri.

Adanya sosial media yang sudah menjadi “makanan” sehari-hari pada akhirnya juga membuat kita merasa selalu kurang atau tidak sempurna. Lalu menuntut diri sendiri agar bisa mencapai sesuatu seperti yang kita lihat. Tak jarang kita menghukum diri sendiri dengan berlebihan karena terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan mereka yang tampak “sukses” di dunia maya.

Inilah yang akhirnya membuat Self Love menjadi hal yang sangat relevan untuk selalu dibahas, dikuliti dari luar sampai habis.

Bersama Coach Artha Julie Nava seorang peneliti sosial sekaligus konsultan berpengalaman dan juga sebagai Coach Personal Branding sejak 2013 kemarin kami membahas bagaimana dan apa Self Love itu sendiri.

Kak Julie, begitu panggilannya mengungkapkan bahwa bentuk Self Love itu seperti : mengerti tentang diri sendiri, memperlakukan diri sendiri sama baiknya dengan saat memperlakukan orang lain, menerima seluruh pengalaman hidup (baik maupun buruk) tanpa syarat, proaktif dan juga punya mindset yang positif.

Lalu apa bedanya Self Love dan Egois?

Perbedaan Self Love dan Egois

  • Give and Take : Self Love itu seimbang ya teman-teman. Memberi dan juga menerima. Karena kita tahu hanya memberi tanpa menerima tentu sangat melelahkan. Bekerja tanpa istirahat itu berbahaya. Tidak sempat untuk bersantai atau melakukan hobi tentu akan membuat kita stres. Hanya menerima atau meminta itu baru yang namanya egois.
  • Bermanfaat : Kalau kita kecewa, marah, merasa bersalah, berkorban terus menerus maka kita serupa lilin yang dibakar dari dua sisi. Kita akan cepat habis dan pada akhirnya tak mampu memberi cahaya bagi sekitar. Jika kita habis, lalu bagaimana dengan orang-orang yang kita cintai dan pedulikan? Bagaimana dengan masa depan kita sendiri?
  • Happy People can do more : Orang yang bahagia, puas, nyaman dengan diri sendiri akan lebih produktif, peduli, punya sumber cinta dan energi yang tak pernah habis. Begitulah seharusnya Self Love.

Maka tidak bisa dibilang egois ketika kita masih give and take, masih bermanfaat dan juga masih produktif.

Jadi kalau sedikit-sedikit self reward dengan alasan self love boleh ngga sih? Sebenarnya boleh boleh aja kok. Setelah rapihin kamar, belajar dengan keras semalaman, lalu kita membeli makanan enak sebagai hadiah untuk diri sendiri, ITS OK. Itulah self love.

Yang menjadi persoalan adalah jika self love tersebut melebihi batas. Jika kita melakukan sesuatu lalu sudah membuat rencana untuk memberikan hadiah pada diri sendiri namun ternyata hadiah tersebut tidak bisa diberikan, lalu kita marah-marah, nah itu sudah termasuk berlebihan dalam mengeskpresikan self love.

Bagaimana Menerapkan Self Love?

penerapan self love

source : tangkapan layar sesi webinar bersama Coach Julie

Lalu bagaimana menerapkan Self Love? Inilah yang kemudian menjadi persoalan dalam diri saya. Kadang saya merasa bahwa hal-hal yang dilakukan selama ini adalah “egois”, padahal saya berhak melakukan hal-hal membahagiakan seperti ngopi di tempat mahal setelah melakukan kerja keras seharian.

Bagaimana porsinya? Saya masih belum tahu soal itu. Nah, dalam sesi bersama kak Julie kemarin saya menyadari bahwa selama ini yang dikatakan oleh teman-teman saya sah-sah saja kok. Bukan “sedikit-sedikit” self reward, tapi memang begitulah seharusnya kita membahagiakan diri sendiri.

Bagaimana menerapkan Self Love ini? Jika teman-teman merasa sulit menerapkannya, mari lakukan hal-hal berikut :

  • Memahami. Yuk pahami apa yang selama ini membuat kita sering merasa bersalah, merasa tak berharga, benci pada diri sendiri, stres, marah, membiarkan orang lain memanfaatkan diri kita terus menerus. Mengapa demikian?
  • Menerima. Yuk kita pikirkan apa yang membuat kita sering menyesali diri sendiri? Apakah karena fisik? Asal-usul? Pengalaman buruk? Ekonomi? Pernahkah kita merangkul diri sendiri dan berterima kasih, bersyukur, dan berkata baik pada diri sendiri?
  • Melakukan. Ciptakan new normal ala diri sendiri. Apa kebiasaan atau pikiran yang ingin kita ubah? Bagaimana caranya? Kapan kita akan melakukannya?

Bagaimana jika setelah kita berubah segala sesuatu tak berjalan dengan baik? Bagaimana jika respon orang-orang juga tak baik?

Trust yourself, you gonna be OK.

Segala sesuatu yang tak berjalan mulus itu normal, orang lain ribut itu normal.

Yes, orang lain pasti ribut. Karena mungkin belum terbiasa dengan diri kita yang baru. Mereka mungkin akan nyindir, protes, nggosip, nyetatus “kawan lama sudah berubah”, dan lain sebagainya. Tak masalah, tetap konsisten dengan apa yang kita lakukan saat ini. Bahagiakan diri sendiri, karena mereka juga akan diam dengan sendirinya.

Lakukan langkah demi langkah untuk mencintai dan membahagiakan diri sendiri :

  • Mulai dari hal kecil : mengubah kebiasaan menjadi lebih mudah jika kita melakukannya dari hal kecil terlebih dahulu.
  • Lakukan perubahan kecil tersebut selama seminggu
  • Tambah dengan 21 hingga 90 hari. Tantang diri sendiri untuk melakukan kebiasaan baru itu, lagi dan lagi. Konon setelah 90 hari, ia akan menjadi kebiasaan.
  • Lakukan sampai terbiasa. Tanpa terasa, kita sudah terbiasa dan otomatis akan kita lakukan apapun rintangannya.

Jangan terjerat dengan masa lalu, jangan merasa bersalah jika kita tidak bisa memenuhi ekspekstasi orang lain, jangan juga merasa buruk ketika kita tidak bisa mencapai sesuatu yang sudah kita rencanakan.

Kegagalan, penolakan, tidak disukai oleh beberapa orang, itu adalah masalah alami kita sebagai manusia. Kebaikan apapun yang kita lakukan kadang dapat disalah artikan oleh orang lain. Jadi yuk fokus pada tujuan baik kita saja dan jangan lupa untuk membahagiakan diri sendiri, mencoba untuk semeleh 🙂

Program Semeleh dari Ibu-Ibu Doyan Nulis

Senang sekali IIDN telah menerbitkan buku berjudul Semeleh yang dilengkapi dengan fasilitas webinar Self Love seperti yang telah saya ikuti kemarin. Semeleh dari IIDN hadir dengan cinta untuk teman-teman agar bisa membahagiakan diri sendiri, menerima kekurangan, berdamai dengan masa lalu, hingga akhirnya menjadi pribadi yang lebih bahagia.

Kelas Semeleh akan terus berjalan baik secara offline maupun online. Beruntung bagi teman-teman yang sudah memiliki buku ini. Namun bagi yang belum memiliki buku Semeleh dan ingin mengikuti rangkaian kegiatan yang sangat bermanfaat untuk pengembangan diri seperti penjelasan di atas, bisa ikutan PO buku Semeleh ya!

Pembeli buku Semeleh akan mendapatkan bonus spesial lho setiap periodenya!

 

buku semeleh

source : instagram/ibuibudoyannulis

 

Semoga artikel ini bermanfaat, jangan lupa cintai dan hargai dirimu sendiri 🙂