Part 25 Dua hari pasca kejadian yang tak diinginkan itu Sri tak kunjung bisa mengeluarkan gas dari dalam perutnya. Segala bantuan kesehatan yang menopangnya dilepas. Oksigen, kateter, dan lain sebagainya, hanya tersisa infus yang sesekali memberikan glukosa untuk tenaga yang dibutuhkan Sri. Taufiq tak pernah alpa mendoakan kesembuhan Sri di tengah dinginnya Malang pada […]
Saat itu, Taufiq dan Sri optimis Ibu akan sembuh. Bahkan beliau bisa kembali bekerja membantu Mbah di pasar seperti biasanya, tak terlihat bahwa ia sedang sakit. Sri lega karena ibunya membaik. Tak tahu bahwa sel-sel kanker masih terus menggerogoti seluruh jaringan dalam tubuh beliau. Dua tahun berlalu tanpa ada perkembangan yang berarti dari Ibu Siti […]
Part 23 Akhir pekan ini Sri dan Taufiq pergi untuk kesekian kalinya ke Mojokerto setelah menikah. Tahun pertama menikah masih sering menengok saudara-saudara disana dan Bapak yang sedang sakit. Keadaan rumah Taufiq sudah jauh lebih baik. Jika dulu hanya berupa rumah bambu, kini rumah itu sudah terbuat dari semen yang melindungi penghuninya dari panas […]
Part 22 Kelahiran anak pertama bagi Taufiq dan istrinya bukanlah hal yang mudah. Baginya yang belum mendapat pengalaman apa pun, kelahiran pertama adalah sebuah momen yang sangat ia syukuri sekaligus ia khawatirkan. Sri melahirkan di sebuah rumah bidan dekat dengan tempat tinggal mereka yang masih satu atap dengan Mbah Sabar. Sri melahirkan anak pertamanya […]
Part 21 “Lelaki itu sudah punya rumah, mobil, pekerjaan mapan. Apalagi yang kamu cari?” Ujar Bapak pada Sri yang sedang membantu Ibunya menyiapkan sarapan. Sri hanya diam mendengarkan penuturan Bapaknya yang sedang membicarakan lelaki yang kemarin malam singgah ke rumah untuk melamar Sri. Lelaki itu memang membawa mobil, zaman itu mobil sudah menjadi aset […]
Part sebelumnya : Jawaban Istikharah Part 20 Sri bercerita bahwa keluarganya bukanlah keluarga harmonis impian semua orang. Bapaknya sang mantri yang banyak diidolakan itu tidak sesempurna yang orang kira. Ibunya juga sakit-sakitan. Bapaknya yang keras selalu mendidik Sri dengan caranya sendiri. Baru-baru ini tak pernah ia merasakan bagaimana Bapak Ibunya akur di dalam rumah meskipun […]
Part sebelumnya : Mengungkap Rasa Part 19 Malam itu ia pulang dengan perasaan hampa. Sri tak ada di rumah. Bapaknya juga tidak mengiyakan, tidak juga menolak. Taufiq merasa gamang, ingin melanjutkan tapi ia malu. Ingin bertanya pada Sri langsung, tapi tak tahu bagaimana caranya menemuinya. Meskipun ia tahu kegiatan Sri dimana dan apa saja. Namun […]
Part sebelumnya : Sang Dewi bernama Sri Part 18 Taufiq tahu jika perasaan yang dipendam itu tidak baik. Namun jika mengungkapkannya akan membuat segala sesuatunya menjadi lebih buruk, maka perasaan itu lebih baik dipendam saja. Taufiq juga tahu dirinya bukanlah siapa-siapa. Seseorang yang tak pantas mendampingi seorang wanita seperti Sri. Anak seorang terdidik dan […]
Part sebelumnya : Sweet Destiny PART 17 Sri Herawati adalah seorang gadis yang dilahirkan di Kota Pendidikan, Malang. Sejak kecil ia dididik dengan keras oleh ayahnya yang seorang mantri terkenal di kampung kala itu. Memiliki Ibu dengan paras ayu. Mungkin dari Ibunyalah Sri memiliki paras cantik hingga banyak lelaki yang menyukainya. Meskipun teman laki-lakinya […]
Part sebelumnya : Wanita Berkerudung Putih Part 16 “Apa kemarin ada yang kemari untuk menggantikan Bu Ni’mah Pak?” Tanya Taufiq pagi-pagi begitu ingat bahwa ia belum memberitahukan pada Kepala Sekolah tentang guru pengganti yang ia bicarakan bersama temannya kemarin. “Tidak, belum ada. Apa sudah nemu Dek?” Pak Kepala Sekolah langsung menggeser tempat duduknya agar […]
Recent Comments