Benarkah kesehatan usus dan mental manusia saling berkaitan? Yuk simak ulasannya di sini.

kesehatan usus dan mental manusia

Sepanjang kehidupan kita, trliyunan mikroba ikut hidup dengan damai dalam tubuh kita. Kalau kita dulu belajar Biologi saat SMP atau SMA, kita tahu bahwa ada mikroba baik dan jahat. Beberapa mikroba asing yang kita sebut jahat tadi dapat menyebabkan penyakit. Tapi, mikroba-mikroba yang hidup di dalam tubuh justru sangat esensial bagi kesehatan fisik dan mental kita. Terutama, mikroba yang tinggal di dalam sistem pencernaan kita. Lho kok bisa? Saya juga baru tahu kok, hanya saja pernah berpikir bahwa tentu saja ini ada hubungannya. Namun entah bagaimana, kita harus banyak mencari informasi tentang hubungan ini.

Menurut Lotter dalam karya tulisnya yang berjudul Your gut is the cornerstone of the immune system, banyak sekali imun tubuh yang menetap di dalam sistem pencernaan. Hal ini wajar karena area tersebut harus menghadapi mikroorganisme yang berpotensi membahayakan tubuh. Sistem imun tersebut mampu untuk mengidentifikasi dan menghancurkan secara spesifik satu spesies mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh kita. 

Misalnya saja ketika kita tidak sengaja meminum air yang kotor. Maka respon imun di dalam saluran pencernaan akan segera mengidentifikasi dan menghancuran bakteri itu secara spesifik diantara jutaan bakteri lain yang masuk ke dalam tubuh.

Mengapa bisa terjadi?

Hal itu bisa terjadi karena sistem pencernaan manusia memiliki 50-100 juta sel saraf yang selayaknya tulang belakang. Jadi tak heran jika Michael Gershon, seorang ilmuwan dalam bidang sistem pencernaan menyebut sistem pencernaan kita sebagai otak kedua.

Sistem Pencernaan, Serotonin, dan Pola Makan

Tidak hanya mengatur imunitas, bakteri baik dalam sistem pencernaan kita ternyata pemasok 95% serotonin dalam tubuh. Serotonin ini adalah hormon kebahagiaan. Hmm, termasuk yang biasanya mendukung saat kita jatuh cinta.

Apa itu Serotonin? Ia adalah zat kimia yang bertugas untuk membawa pesan antarsel saraf otak. Selain di otak, serotonin juga terdapat di usus, dalam trombosit darah, serta sistem saraf pusat.

Serotonin dalam otak berkaitan dengan fungsi seksual, suasana hati serta siklus tidur seseorang. Serotonin berperan untuk meningkatkan libido saat kadarnya di dalam tubuh rendah. Sementara itu, kelebihan kadar serotonin justru akan memicu penurunan hasrat seksual. Serotonin juga bertanggung jawab untuk merangsang bagian otak yang mengendalikan kapan kita tidur dan bangun. Dalam prosesnya, hal ini bergantung pada area mana yang dirangsang dan reseptor serotonin apa yang digunakan.

Selain itu, serotonin juga berfungsi untuk mengatur suasana hati. Serotonin yang terdapat di otak membantu mengatur perasaan cemas dan juga bahagia. Tingkat serotonin yang rendah umumnya dikaitkan dengan depresi. Sementara kadar serotonin yang tinggi identik dengan perasaan baik dan sejahtera.

Nah, agar merasakan kebahagiaan, kita harus memastikan bahwa bakteri pemasok serotonin tersebut bekerja optimal di dalam tubuh kita. Bakteri-bakteri baik yang ada di dalam pencernaan kita disebut probiotik. Agar dapat bekerja dengan baik, termasuk memproduksi hormon serotonin tadi, probiotik membutuhkan asupan bergizi yang bernama prebiotik. Prebiotik ini didapatkan dari makanan-makanan seperti bawang merah, asparagus, gandum utuh, dan makanan hasil fermentasi seperti tempe dan yoghurt. Setelah cukup mengonsumi prebiotik, maka probiotik akan bekerja secara optimal untuk mendukung serotonin dalam tubuh.

Tidak heran ya kalau banyak orang menyebut makanan adalah sumber kebahagiaan, hehehe..

Konsumsi Makanan Sehat untuk Kebahagiaan

makanan sehat untuk mental dan usus

Kehidupan di zaman seperti ini membuat kita kesulitan untuk memilih mana saja yang baik dimasukkan ke dalam tubuh. Manusia-manusia zaman dahulu lebih bijak rasanya dalam memilih makanan. Tidak peduli dengan rasa di dalam lidah, yang penting sehat. Selain itu juga karena mereka kebanyakan tidak punya pilihan lain untuk dimakan. Kalau sekarang, pasar tutup pun kita masih bisa memesan makanan cepat saji lewat aplikasi online.

Begitu pun saya yang terkadang lebih mengutamakan rasa dibandingkan kualitas makanan. Kita memakan apa saja yang memuaskan lidah namun tidak dibutuhkan oleh bakteri di dalam tubuh. Tidak heran manusia zaman sekarang juga lebih banyak yang mengalami depresi dibanding dulu. Terlepas dari faktor pendukung lain, namun pola makan sehat ini tidak bisa dipungkiri lagi perannya sebagai salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan mental pula.

Mind-Gut Connection

Michael Gershon telah membahas mengenai betapa hebatnya sistem pencernaan kita melalui buku The Second Brain. Selama itu, Emeran Mayer telah meneliti hubungan antara sistem pencernaan dan otak kita yang dituliskan dalam buku The Mind-Gut Connection. Sebutan itu juga sering dikatakan sebagai brain-gut axis atau jalur hubungan antara otak dan sistem pencernaan kita.

Emeran Mayer mengemukakan bahwa otak dan sistem penceraan kita sangat terhubung satu sama lain. Kepala dan sistem pencernaan kita adalah dua lokasi yang memiliki banyak sekali koneksi saraf di dalamnya. Tidak hanya berfungsi sebagai otak pertama dan kedua, mereka juga bekerja sama memastikan tubuh yang dihuni oleh jiwa kita selalu sehat dan bahagia.

Perut kita akan memberi sinyal pada sesuatu yang tidak beres bila tubuh menerima ancaman dari luar. Pepatah yang mengatakan your gut is telling you something itu benar adanya. Ancaman yang dimaksud bisa sangat beragam, mulai dari kehadiran binatang buas hingga masuknya zat beracun dalam tubuh kita. Perut dan otak kita akan selalu bekerja sama untuk menentukan apa yang sebaiknya dilakukan. Sinyal yang diberikan oleh sistem pencernaan selanjutnya ditangkap dan diproses oleh otak terkait langkah apa yang akan diambil.

Makanan yang berbahaya akan direspon oleh sistem pencernaan kita sebagai ancaman. Ketika kita terus dibombardir dengan makanan yang sejatinya tidak baik bagi tubuh, perut dan otak akan saling mengirimkan sinyal sebagai respon atas zat-zat tersebut. Seperti radang yang berwujud rasa gatal, bintil merah, atau yang lainnya. Meskipun hal ini bukan satu-satunya pendukung selain karena kebiasaan manusia zaman sekarang yang jarang bergerak (malas bergerak alias mager). Namun salah satu faktor makanan yang buruk patut dipertimbangkan untuk menjaga kesehatan raga dan mental kita.

Itulah mengapa ada diet khusus untuk teman-teman yang mengalami gangguan kesehatan mental. Ada yang tidak diperbolehkan untuk banyak-banyak mengonsumsi nasi putih karena mengandung banyak gula, ada juga yang diharuskan untuk memperbanyak sayuran dibanding daging merah, dan lain sebagainya.

Manusia sebagai Makhluk Supraorganisme

Sekarang kita paham ya bahwa menyayangi diri sendiri bukanlah pekerjaan egois. Menjaga apa yang kita makan dan menjaga hati adalah satu wujud kasih nyata kita terhadap diri sendiri dan sekaligus jutaan mikroba di dalam tubuh. Karena hubungan kita dan makhluk mikro itu dua arah. Kalau salah satu mengalami ketidakseimbangan, kedua belah pihak pasti mengalami kekacauan. Dengan menyayangi diri sendiri dan mikroba di dalam tubuh, kira mengizinkan mereka untuk terus mengatur agar tubuh stabil, sehat dan bahagia.

Kita paham bahwa menyayangi diri sendiri bukanlah pekerjaan egois. Menjaga apa yang kita makan dan menjaga suasana hati adalah wujud kasih sayang nyata kita terhadap diri sendiri sekaligus jutaan mikroba dalam tubuh -Regis Machdy (Master of Global Mental Health)

Yuk jaga jiwa dan raga dengan menjaga pola makan yang sehat!

 

Referensi :

Loving The Wounded Soul by Regis Machdy

Mayer, E (2016). The mind-gut connection : How the hidden conversation within our bodies impacts our mood, our choices and our overall health. Newyork, NY Harper Wave

 

Baca juga Hubungan Kausal Antara Perasaan dan Tubuh